SYAIR LAGU 'BERITA KEPADA KAWAN'
Menjelang siang hari tadi ayahku mampir sehabis pulang mengambil uang pensiunan. Beliau sengaja datang untuk sekedar menengok cucu pertamanya. Sejenak aku terheran-heran kenapa baru tanggal sekarang ke Bank?. Beliau cuma tersenyum simpul dan menjawab singkat "sengaja biar dua kali ngambil" sambil memeluk cucunya dengan penuh kerinduan.
Kusuguhkan secangkir teh manis ke hadapannya, sekilas kutatap wajah ayah. Kulihat gurat pengalaman hidup di wajahnya. Wajah yang selalu sabar dan tersenyum. "suamimu masih menyimpan lagu ebiet?" kata ayah. Aku tersenyum dan mengangguk. Ayah sangat menyukai Syair lagu 'Berita kepada kawan' Ebiet G Ade, begitu pula suamiku.
Aku pun memperdengarkan lewat mp3 di komputer yang kusimpan di ruang tengah. Lagu tersebut mengalun lembut di rumah mungilku ini..
Beliau tersenyum mendengarkan lagu tersebut, sampai kini aku tidak tahu kenapa ayah sangat menyukai lagu ini. Mungkin beliau mempunyai kenangan tersendiri tentang lagu ini. Ayah termasuk orang yang jarang bicara panjang lebar tapi sinar matanya mampu berbicara banyak hal.
Selama ini Ayah hanya sedikit bicara tapi selalu penuh arti. Jarang kata-kata yang sia-sia terucap dari bibirnya. Beliau selalu memberi contoh pada kami lewat sikap dan tingkah lakunya. Suamikupun sangat menghormati Ayah.
Selepas menjalankan Shalat Dzuhur beliau pamit sambil meninggalkan bingkisan kecil di meja tamu. Isinya.. satu stel baju mungil untuk anakku.. Terima kasih Ayah..
ingin bernostalgia dengan lagu ini ..
Berita kepada kawan
Kusuguhkan secangkir teh manis ke hadapannya, sekilas kutatap wajah ayah. Kulihat gurat pengalaman hidup di wajahnya. Wajah yang selalu sabar dan tersenyum. "suamimu masih menyimpan lagu ebiet?" kata ayah. Aku tersenyum dan mengangguk. Ayah sangat menyukai Syair lagu 'Berita kepada kawan' Ebiet G Ade, begitu pula suamiku.
Aku pun memperdengarkan lewat mp3 di komputer yang kusimpan di ruang tengah. Lagu tersebut mengalun lembut di rumah mungilku ini..
Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang, engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering berbatuan
Tubuh ku terguncang di hempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan
Perjalan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia ku tanya "Mengapa?"
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut ku khabarkan semuanya
Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Beliau tersenyum mendengarkan lagu tersebut, sampai kini aku tidak tahu kenapa ayah sangat menyukai lagu ini. Mungkin beliau mempunyai kenangan tersendiri tentang lagu ini. Ayah termasuk orang yang jarang bicara panjang lebar tapi sinar matanya mampu berbicara banyak hal.
Selama ini Ayah hanya sedikit bicara tapi selalu penuh arti. Jarang kata-kata yang sia-sia terucap dari bibirnya. Beliau selalu memberi contoh pada kami lewat sikap dan tingkah lakunya. Suamikupun sangat menghormati Ayah.
Selepas menjalankan Shalat Dzuhur beliau pamit sambil meninggalkan bingkisan kecil di meja tamu. Isinya.. satu stel baju mungil untuk anakku.. Terima kasih Ayah..
ingin bernostalgia dengan lagu ini ..
Berita kepada kawan