Skip to main content

Cara Kerja Akupuntur Menurut Para Dokter

Tusuk Jarum atau akupunktur adalah pengobatan alternatif dari Cina dengan cara menusukkan jarum kecil dan tipis ke tubuh pasien. Pengobatan akupuntur terbukti dapat mengurangi rasa sakit, mengobati ketidaksuburan, dan meningkatkan kesehatan tubuh secara umum. Mari kita simak hasil penelitian tentang cara kerja akupuntur menurut Para Dokter. Bagaimanakah tusuk jarum ini bisa berguna bagi kesehatan?
 

Artikel di bawah ini dirangkum dari  The Antlantic, Jumat (30/9/2010). Menurut Dr Leena Mathew, seorang dokter anestesiologi dan ahli nyeri di New York Presbyterian Hospital/Columbia University Medical Center. Ia menggunakan akupunktur sebagai tambahan pengobatan untuk mengatasi nyeri pada pasien wanita yang memerlukan atau lebih menyukai akupunktur.

Ia dan Dr Josephine Briggs, direktur National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM), menjelaskan  mengenai mekanisme akupunktur. Inilah cara kerja Akupuntur menurut para dokter.

"Rasa sakit timbul melalui rangsangan pada serabut saraf kecil di kulit, kemudian bergerak melalui sumsum tulang belakang dan sampai ke otak. Ada serabut saraf yang lebih besar yang berfungsi mengirim sinyal penahan serabut nyeri dan mencegah pergerakan sinyal rasa sakit.
Ketika rangsangan yang menyakitkan datang, aktivitas serat saraf kecil menguasai serat saraf yang besar, sehingga meskipun penahan nyeri dilepaskan, rasa nyeri tetap terasa".

Bagaimana dengan akupunktur untuk mengatasi nyeri?
Secara teoritis, jarum ditempatkan untuk merangsang serabut saraf besar, sehingga sinyal saraf nyeri yang kecil menjadi terhambat. Mathew mengatakan bahwa logika yang sama mendasari teori mengapa menggosok siku setelah terbentur dapat membantu mengurangi rasa sakit, sebab tubuh merangsang penghambatan saraf sakit untuk menenangkan rasa sakit.

Kemungkinan lain adalah endorfin, hormon yang membuat orang 'merasa baik'. Mathew mengatakan bahwa bahan kimia yang membuat orang merasa bahagia ini dilepaskan ketika menanggapi berbagai fenomena seperti kesusahan, cedera, lari jarak jauh, memakan cokelat, serta memiliki kemampuan layaknya morfin bagi tubuh dan otak.

Penelitian yang melacak kadar molekul-molekul darah menunjukkan bahwa akupunktur meningkatkan kadar beta-endorphin sehingga mampu menurunkan tingkat rasa sakit pada pasien. Ketika pasien diberikan obat anti-morfin, efek dari akupunktur berkurang.

Ada teori lain yang menjelaskan mengapa akupunktur terbukti bekerja baik untuk mengatasi mual dan muntah akibat dengan kemoterapi. Kulit terhubung ke organ-organ dalam tubuh melalui refleks yang disebut refleks viscero-kulit.

"Jika Anda menstimulasi kulit dengan jarum akupunktur. Anda dapat mengubah pola aliran darah ke perut dan dari perut, mengapa ini bisa menjelaskan efeknya pada mual dan muntah," jelas Mathew.

Akupunktur juga memiliki efek pada sistem respons tubuh terhadap stres atau dikenal dengan sumbu hipotalamus-pituitary-adrenal (HPA). Penelitian melaporkan bahwa pasien akupunktur memiliki tingkat stres dan kecemasan yang lebih rendah setelah mendapat perawatan akupunktur, setidaknya untuk jangka pendek.
Terakhir, ada teori yang menjelaskan tentang mengapa akupunktur dapat bekerja pada kondisi tertentu. Sentuhan pada manusia mungkin banyak berhubungan dengan kekuatan penyembuh pada akupunktur.

"Ini adalah terapi sentuhan. Pada pengobatan Barat, dokter cenderung menjaga jarak dan tidak ingin menyentuh pasien," kata Matthew.

Seperti halnya seorang ibu mampu menenangkan anak hanya melalui fisik atau kehadirannya, menyentuh orang lain dengan maksud baik mungkin juga mampu mengurangi rasa sakit. Efek ini harus dilakukan dengan menghilangkan rasa takut dan kecemasan pasien terlebih dahulu.

"Hal ini memberitahu kita bahwa bagian terpenting akupunktur adalah ritual yang terlibat, yaitu tekanan, praktisi yang meyakinkan, dan harapan pasien." Dengan kata lain, tata cara akupunktur sendiri merupakan faktor yang perlu diperhitungkan untuk melihat efeknya," jelas Briggs.

Mathews menambahkan akupunktur adalah ilmu kuno yang telah berlangsung selama 3.000 tahun. "Kami tahu itu efektif, namun kita tidak tahu mengapa. Metode ini sangat sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa pengobatan ala Barat," katanya.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.