Hati-Hati Sering Minum Obat Pusing Malah Tambah Pusing Kepala
Kesibukan dan rutinitas tinggi sering dilanda para pekerja
perkotaan. Mobilitas yang tinggi, tuntutan kerja, kemacetan,
pola hidup tidak sehat dll sering membuat sakit kepala. Bahkan ada orang yang rutin sakit kepala. Mereka selalu mengkonsumsi obat sakit kepala secara kontinyu.
Hati-hati sering minum obat pusing malah
tambah pusing kepala. Apa ya istilah sakit kepala? Oya Migren!.
Obat sakit kepala alias migrain mudah di dapat di apotik bahkan di kios.
Berhati-hatilah mengkonsumsinya.
Sakit kepala dan migrain seringkali terjadi pada orang-orang
yang kelelahan setelah seharian beraktivitas atau telat makan. Untuk
mengatasinya, sebagian orang akan meminum obat-obatan pereda nyeri yang dijual
bebas di apotek.
Tapi bukannya sembuh, 1 dari 50 orang justru menderita sakit
kepala yang berkepanjangan dan susah disembuhkan gara-gara mengonsumsi obat
pereda nyeri secara berlebihan.
Risiko tertingginya berlaku bagi pengguna obat pereda nyeri
seperti aspirin, ibuprofen atau paracetamol yang biasa mengonsumsi obat itu
sedikitnya satu kali dalam sehari untuk mengobati sakit kepala ataupun gangguan
lain seperti nyeri sendi.
National Institute for Health and Clinical Experience (NICE)
Inggris menyatakan bahwa mengonsumsi terlalu banyak pil pereda nyeri membuat
otak menjadi lebih sensitif terhadap rasa nyeri sehingga penderita pun jadi
lebih rentan terhadap sakit kepala.
Bahkan banyak penderita yang akhirnya terjebak dalam
'lingkaran setan' karena ketika sakit kepalanya kambuh, mereka pun meminum
lebih banyak obat pereda nyeri, tapi ujung-ujungnya sakitnya malah semakin
parah. Kondisi ini terjadi pada sekitar 10 juta orang di Inggris.
Menanggapi kondisi ini, Profesor Martin Underwood, seorang
dokter umum yang juga peneliti dari Warwick Medical School berkomentar,
"Obat-obatan pereda nyeri ini sebenarnya efektif untuk mengatasi berbagai
jenis sakit kepala. Kendati begitu jika obat-obatan ini diminum lebih dari
10-15 hari dalam sebulan maka sakit kepalanya bisa semakin parah, padahal
sebenarnya kondisi ini dapat disembuhkan dan dicegah".
Dr. Gillian Leng, wakil kepala eksekutif NICE pun menimpali
bahwa terlalu banyak pasien yang tidak diberi 'diagnosis yang benar dan tepat
pada waktunya' oleh dokter-dokter mereka atau banyak dokter yang tidak dapat
mendiagnosis jenis sakit kepala apa yang dialami pasiennya atau menawarkan
pengobatan terbaik untuk kondisi itu.
"Mungkin para dokter ini cenderung mengabaikan
gejala-gejala yang membedakan sakit kepala akibat banyak minum obat pereda
nyeri dengan sakit kepala biasa, ditambah lagi terkadang pasien terlalu
khawatir dengan penyebab sakit kepalanya hingga berujung pada pemeriksaan yang
sebenarnya tidak perlu seperti scan otak," terangnya seperti dilansir dari
dailymail, Rabu (19/9/2012).
"Sakit kepala yang terjadi pada sebagian besar orang
ini tak mungkin disebabkan oleh tumor otak atau masalah serius lainnya jadi
prosedur semacam itu sebenarnya tak perlu ditawarkan pada pasien sebagai
jaminan," ujar Dr. Manjit Matharu, seorang konsultan dari National
Hospital for Neurology di London.
Cara yang paling baik menyembuhkan dan menghilangkan sakit
kepala adalah merubah pola hidup yang lebih sehat, misalnya pola makan yang sehat, pola istirahat yang sehat dan tentunya berpikiran yang sehat pula bukan? ... :)
Sumber: dailymail.com