Kisah Kesedihan Tempayan Retak Dan Tukang Air
Kisah Tempayan Retak - Setiap orang selalu memiliki kekuarangan dan tiap orang juga
memiliki kelebihan. Cara bersikap yang paling tepat adalah bagaimana kita
memaksimalkan kelebihan kita dan bagaimana kita meminimalkan kekurangan kita.
Ada cara lain yang lebih terpuji, yaitu bagaimana memanfaatkan kekurangan kita
sehingga bermanfaat bagi orang lain. Bingung kan? Di bawah ini ada kisah
inspirasi yang bisa jadi teladan kita yaitu Kisah kesedihan Tempayan retak dan
Tukang air. Kisah perjuangan sebuah tempayan retak untuk berbakti pada
majikannya si tukang air dan juga kecerdikan sang tukang air untuk membuat
suatu keputusan yang bijaksana. Bagus sekali kisahnya.
Seorang tukang air India memiliki dua tempayan besar,
Masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan Yang dibawa menyilang
pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, Sedangkan tempayan satunya lagi
tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu membawa air penuh setelah
perjalanan panjang dari mata air ke
rumah majikannya. Tempayan itu hanya dapat air setengah penuh, Selama dua
tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa Satu setengah
tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak Merasa
bangga akan prestasinya, Karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan
retak yang malang itu Merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya Dan merasa
sedih sebab ia hanya dapat Memberikan setengah dari porsi yang seharusnya Dapat
diberikannnya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini,
Tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada
diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."
"Kenapa?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?"
"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari
yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah
membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita.
Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi." Kata tempayan itu.
Si
tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, Dan dalam belas kasihannya,
ia berkata,
"Jika kita kembali ke
rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang
jalan."
Benar, ketika mereka naik ke bukit, Si tempayan retak
memperhatikan Dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah Di sepanjang sisi jalan, Dan itu membuatnya sedikit
terhibur.
Namun pada akhir perjalanannya, Ia kembali sedih karena
separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta
maaf pada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada
tempayan itu,
"Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang
jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang
lain yang tidak retak itu Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu. Dan aku
memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di
sisimu, Dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, Kamu mengairi
benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga Indah
itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan
kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang. "