Dongeng Hansel dan Gretel Dan Rumah Kue
Dongeng Anak - Ada satu cerita yang pernah admin dengar pada waktu kecil jaman sekolah Taman Kanak-kanak dahulu yaitu Dongeng Hansel dan Gretel Dan Rumah Kue. Ceritanya sebenarnya cukup seram waktu dulu dengerin di masa kecil. Bagaimana tidak Kisah ini menceritakan dua kakak beradik yang di buang ke hutan oleh Ibu Tirinya yang Jahat. Dulu waktu mendengar cerita anak ini saya sampai merinding bagaimana mengerikannya suasana hutan tempatnya binatang buas dan penyihir jahat tinggal. Kisah Hansel dan Gretel ini sangat terkenal di seluruh dunia dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Sebagai Nostalgia yuk kita baca lagi Dongeng anak Hansel dan Gretel di bawah ini.
Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah sebuah keluarga bahagia.
Mereka mempunyai dua orang anak yang manis, namanya Hansel dan Gretel. Suatu
ketika Ibu tercinta meninggal karena sakit. Sejak kematian sang Ibu, mereka
selalu bersedih sepanjang hari.
Agar mereka tidak bersedih, kemudian Ayah mengambil Ibu baru untuk
menghIbur mereka. Ternyata Ibu baru ini sangat jahat dan memperlakukan mereka
dengan buruk. Dari pagi hingga petang mereka disuruh terus bekerja dan hanya
diberi makan satu kali.
Musim kemarau pun tiba, dan mereka tidak mempunyai makanan apa-apa.
Sang Ibu menyuruh anak-anak untuk dibawa ke hutan dan meninggalkannya di sana.
Ayah sangat terkejut mendengarnya ”Bicara apa kau, apa kau ingin
anak-anak mati?“
”Kau ini memang bodoh, kalau kita tidak melakukannya, kita semua akan
mati!”
Sementara itu dari balik kamar , Hansel dan Gretel mendengarkan
pembicaraan mereka. Mereka ketakutan dan Gretel pun menangis.
Akhirnya Ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena istrinya terus
mendesaknya.
“Ah… apa kita akan mati di hutan ?! “
” Ssst.., aku punya ide bagus, ” ucap Hansel. Lalu ia keluar rumah dan
mengumpulkan batu-batu kecil putih yang bila terkena cahaya bulan, akan
bersinar.
Pada esok paginya dengan berteriak keras, Ibunya membangunkan Hansel
dan Gretel. Sebelum berangkat ia memberikan sepotong roti kepada mereka.
Setelah itu semua berangkat menuju hutan.
Sambil berjalan Hansel membuang batu kecil putih satu per satu yang ada
dalam kantongnya.
Karena berjalan sambil menoleh ke belakang, Ayah menjadi curiga.
” Sedang apa, Hansel? “
” Aku sedang memandang kucing yang ada di atas rumah,” jawab Hansel
berbohong. Lalu tibalah mereka di tengah hutan.
Ayah dan Ibunya pergi ke hutan yang lebih jauh lagi untuk menebang kayu
dan meninggalkan mereka.
Rasa sedihpun berganti gembira setelah di tengah hutan Hansel menemukan
seekor kupu-kupu dan Gretel membuat kalung dari bunga. Mereka sangat gembira
karena bisa bermain-main bersama teman baru mereka seperti kelinci, bajing dan
burung-burung kecil.
Tanpa terasa waktu berlalu, mataharipun mulai tenggelam dan hari mulai
gelap. Suara burung-burung yang indah kini berganti dengan suara angin yang
berdesir.
Gretel menangis tersedu-sedu karena takut. Hansel berkata menenangkan,
“Jangan menangis, jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang dengan
selamat “.
Tak lama kemudian, dari sela-sela pohon muncullah cahaya bulan yang
bersinar dengan terang. Hansel segera mengajak Gretel untuk pulang ke rumah.
Hansel memegang tangan Gretel dan menyusuri jalan di hutan tanpa
ragu-ragu.
” Kak, bagaimana bisa berjalan tanpa bingung di hutan yang gelap
seperti ini?”
“Oh… batu kecil putih yang kujatuhkan ketika kita datang, bersinar
karena kena sinar bulan dan itu akan menolong kita pulang ke rumah.”
Tibalah mereka di rumah, sang Ibu heran melihatnya dan mencari tahu
bagaimana mereka bisa sampai di rumah dengan mudah. Ketika ia membuka pintu, ia
melihat batu kecil putih yang bersinar. Agar mereka tidak bisa mengumpulkan
batu putih itu lagi, Ibu mengunci pintu kamar mereka. Hansel dan Gretel menjadi
panik karenanya.
Sebelum tidur mereka berdoa pada Tuhan, meminta perlindungan.
Keesokan harinya seperti kemarin, Ibu membangunkan mereka dan membawa
mereka ke hutan. Hansel tidak kehabisan akal. Dengan terpaksa ia mencuil-cuil
potongan roti dan menjatuhkannya di jalan sambil berjalan.
Tapi malang, jejak yang sudah dIbuatnya susah payah dimakan oleh
burung-burung kecil. Sampailah mereka di dalam hutan. Kembali Ayah dan Ibunya
meninggalkan mereka dan masuk ke hutan yang lebih jauh.
Merekapun bermain-main dengan binatang-binatang di dalam hutan.
Akhirnya malampun tiba. Ketika cahaya bulan mulai bersinar mereka
beranjak pulang. Dengan susah payah dicarinya potongan-potongan roti sebagai
petunjuk jalan untuk pulang ke rumah.
” Kak, apa yang telah terjadi dengan potongan-potongan roti itu ?”
teriak Gretel cemas.
” Mungkin dimakan oleh burung -burung kecil “
” Uhh.., kalau begitu kita tidak bisa pulang ke rumah.”
Di dalam hutan bergema suara lolongan keras. Mereka berdua amat
ketakutan. “Kak, aku takut, apa kita akan mati!” Gretel mulai menangis.
” Jangan khawatir dik, Ibu yang ada di surga pasti menolong kita.”
Karena lelah, mereka akhirnya tertidur dengan pulas di bawah pohon.
Cahaya matahari pun mulai bersinar dan mengenai wajah mereka. Hansel dan Gretel
terbangun dan disambut suara kicauan burung.
Tiba-tiba mereka mencium bau masakan yang lezat. Segera mereka berlari
ke arah datangnya bau lezat itu. Seperti mimpi mereka melihat rumah kue,
atapnya terbuat dari tart, pintunya dari coklat, dan dindingnya dari biskuit.
Cepat-cepat mereka mendekati rumah itu dan memakannya.
Tiba-tiba terdengar suara keras yang bergetar.
“Siapa itu, berani memakan rumah kue kesayanganku?”, muncullah seorang
nenek sihir tua dengan wajah menyeramkan serta mata merah yang bersinar, lalu
menangkap mereka berdua.
” Hi… Hi…. Hi…. anak-anak yang lezat, sebagai hukuman karena telah
memakan rumput kue kesukaanku, aku akan memakan kalian.”
Dengan kasar nenek sihir itu menyeret Hansel masuk ke dalam penjara.
Setelah itu ia berkata kepada Gretel,
“Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki itu, lalu aku akan
memakannya. “
“Sekarang kau buat makanan yang enak biar makannya banyak! “
Nenek sihir itu sudah tua sekali dan matanya mulai rabun. Pada saat itu
Hansel dan Gretel saling berpegangan tangan memberi semangat supaya mereka
tabah.
” Tabahlah Gretel, Ibu yang ada di surga pasti melindungi kita “.
Suatu hari nenek mendekati penjara Hansel untuk melihat apakah tubuh
Hansel sudah menjadi gemuk atau belum.
“Aku lapar, sudah seberapa gemuk tubuhmu, ayo ulurkan tanganmu! “
Hansel yang pintar tidak kehilangan akal, ia mengetahui kalau mata
nenek sudah rabun segera dikeluarkannya tulang sisa makanan kepada nenek yang
rabun lalu nenek memegangnya.
Betapa kecewanya nenek karena sedikitpun Hansel tidak bertambah gemuk.
Karena kecewa lalu ia bermaksud untuk memakan Gretel. Kemudian Gretel disuruh
membakar roti.
Selagi Gretel menyalakan api di tungku, si nenek mencoba mendorongnya
ke nyala api.
Untunglah Gretel mengetahui maksud nenek, cepat-cepat ia berbalik pergi
ke depan tungku.
“Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini.” Nenek sihir tidak sadar
kalau ia sedang diperdaya Gretel dan ia membuka tutup tungku.
Tanpa membuang kesempatan, Gretel mendorong nenek ke tungku.
“Ahh… tolonggg…. panassss!” teriak nenek kesakitan. Gretel tidak
memperdulikan teriakan nenek malah dengan cepat ia menutup pintu tungku, lalu
berlari ke arah penjara untuk menolong Hansel.
“Gretel, kau berhasil. Ibu yang di surga telah melindungi kita.” Karena
bahagia mereka berpelukan.
Ketika akan pergi dari rumah kue tanpa sengaja mereka menemukan banyak
harta karun. Setelah itu mereka keluar rumah, tetapi malang jalan itu terpotong
oleh sungai besar.
Mereka menjadi bingung. Saat itu entah dari mana datangnya tiba-tiba
muncul seekor angsa cantik.
”Ayo, naiklah ke punggungku, ” ucap angsa itu ramah. Satu per satu
angsa itu mengantarkan mereka menyeberang sungai. Setelah sampai, angsa itu
menunjukkan jalan bagi mereka berdua dari atas langit. Sampailah mereka di
batas hutan.
Baca Juga : Cerita Anak Timun Mas
Tanpa mereka ketahui sebenarnya angsa itu adalah Ibu mereka yang ada di
surga. Angsa itu kemudian menghilang. Setelah itu muncullah Ayah mereka yang
sangat cemas.
“Anak-anakku tersayang, maafkanlah Ayah. Ayah tidak akan meninggalkan
kalian lagi “.
Lalu Ayah menceritakan kepada mereka bahwa Ibu tiri yang jahat sudah
meninggal karena sakit. Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya.