Tafakur Maulid Nabi Di Penutup Malam 24 Desember 2015
Tafakur Maulid Nabi - Hampir kita lupa bahwa di tanggal 24 Desember adalah Hari
Maulid Nabi Muhammad SAW saking terbutakannya oleh keriaan hari libur.
Bagaimana tidak tanggal 24 dan 25 ini berwarna merah di kalender akhir 2015.
Meskipun sedikit terlambat tadi malam diakhir menjelang pergantian tanggal
masih sempat untuk sekedar tafakur maulid Nabi di penutup malam 24 Desember
2015. Sahabat, Ada sedikit kutipan Dari Rumi yang menarik untuk kita simak, Ucapan
terima kasih untuk Rasulullah saw yang di-posting di ujung pergantian hari dari
Maulid Nabi Muhammad saw....
Musa berperang bersenjatakan sebatang tongkat, menundukkan
Fir’aun dengan bala tentara berpedang.
Setiap nabi berjuang dengan hanya mengandalkan pertolongan
Rabb: berperang seorang diri, mengalahkan seluruh dunia.
Ketika Nuh memohonkan kepada Rabb-nya sebilah pedang, dengan
perintah-Nya, gelombang banjir menjadi pedang murka-Nya.
Apakah artinya tentara Bumi bagi seorang Muhammad?
Ditatapnya rembulan di langit, yang lalu terbelah. [1]
Agar para ahli nujum yang jahil menyadari tentang masa umat
mereka, dan dimulainya masa umat Sang Rembulan.
Terbelah itu tentang selesainya masa umat mereka; karena
bahkan Musa kalamullah a.s., takjub akan umat Sang Rembulan.
Ketika Musa melihat cemerlangnya cahaya umat Muhammad, yang
memancar ketika terbit fajar Hari Agama.
Dia berkata, “Yaa Rabb, umat siapa itu, yang begitu
dirahmati? Bahkan tak terperikan oleh rahmat: pada umat itu terdapat visi akan
Engkau?”
Lemparkanlah ke-Musa-anmu dalam samudera Sang Waktu, dan
tampillah di tengah umat Muhammad.
Rabb bersabda, “Wahai Musa, Ku-perlihatkan tentang mereka
kepadamu, agar bagimu terbuka jalan penyatuan spiritual dengan Muhammad,
Karena masamu ini, yaa Kalim, terpisah jauh dengan masa
Muhammad, tidaklah itu terjangkau olehmu: tariklah kembali kakimu, selimut masa
ini terlalu panjang bagimu.
Dalam kasih-Ku, Kuperlihatkan sepotong roti bagi abdi-Ku,
agar kehendak akan itu akan menghidupkan rintihannya.
Bagai seorang ibu yang menyentuh hidung bayinya, agar dia
terbangun dan segera mencari makanan,
Karena sang bayi dapat tanpa sadar tertidur dalam keadaan
lapar; ketika bangun, segera sang bayi menuju pangkuan ibunya, untuk mendapat
susu.
Aku adalah sebuah Khazanah, sebuah Rahmat Tersembunyi,
karenanya Kukirimkan seorang Imam yang terpandu dengan Haqq.”
semua kemurahan Ilahiah yang kau cari dengan segenap dirimu;
Dia memperlihatkannya padamu, agar engkau mendambakannya.
Berapa banyak berhala yang Muhammad hancurkan, agar umat
dapat memohon, “yaa Rabb, yaa Rabb!”
Tanpa upaya Muhammad itu, engkau--seperti para
penghulumu--akan menyembah berhala.
Kepalamu itu telah diselamatkan dari menyembah berhala, agar
engkau dapat ikut bersama sekalian umat mengaku berhutang budi kepadanya.
Jika engkau berbicara, nyatakanlah terima kasihmu kepadanya,
bahwa engkau telah diselamatkan: agar diselamatkannya pula engkau dari berhala
di dalam dirimu.
Kepalamu memang telah diselamatkan dari tunduk kepada
berhala; tapi adakah telah kau peroleh kekuatan darinya, agar qalb-mu juga
selamat?
Kau lupa berterimakasih kepada ad-Diin, karena kau peroleh
itu secara cuma-cuma, warisan dari ayahmu.
Orang yang memperolehnya sebagai warisan takkan
menghargainya.
Seorang Rustam mengalami derita yang hebat untuk
mendapatkannya; tak bisa itu dibandingkan seorang Zal yang tanpa usaha memperolehnya.
“Ketika Kusebabkan seseorang merintih, maka bangkitlah
Rahmat-Ku: yang menjerit itu akan meminum anugerah-Ku.
Jika Aku tak berkehendak memberi sesuatu, takkan hal itu
Kuperlihatkan kepada sang hamba; tapi ketika telah Kuciutkan qalb-nya dengan
kesedihan, maka akan Kuluaskan dengan kegembiraan.
Rahmat-Ku bergantung pada tangisan yang haqq: ketika air
mata yang benar menitik, bangkit menjemput gelombang samudera Rahmat-Ku.”
(Maulana Jalaluddin Rumi)
Catatan:
[1] “Telah dekat as-Saat dan telah terbelah rembulan” (QS
[54]: 1).
“Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, ‘Telah terbelah bulan
pada zaman Nabi saw menjadi dua, maka Nabi saw bersabda, ‘Saksikanlah’.”(HR.
Bukhari 3636,3869 dan Muslim 2800).
Sumber:
Rumi: Matsnavi II 323 - 375
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh mas Herman Soetomo.